About Me

Foto saya
Banjarnegara, Jawa tengah, Indonesia
Saya seorang pelajar TKJ kelas XI | VHS Garlic 2 - Banjarnegara.

DISLEKSIA

Disleksia merupakan suatu kondisi dimana penderitanya mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.  Disleksia umumnya terjadi pada keluarga yang memiliki keturunan disleksia. Namun sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab disleksia yang mengakibatkan sebuah keluarga memiliki riwayat disleksia hingga menurun pada anak cucunya. Biasanya disleksia menjadi penyebab kesulitan belajar pada anak-anak maupun dewasa. Disleksia terjadi pada berbagai tingkat kecerdasan, baik di atas kecerdasan rata-rata maupun di bawah rata-rata. Ciri dan gejala disleksia berbeda dari satu anak dengan anak yang lain. Beberapa menunjukkan ciri dan gejala ringan namun beberapa menunjukkan ciri dan gejala yang sangat parah.
Beberapa penelitian para ahli menunjukkan bahwa penyebab disleksia bukan terletak pada sistem pengajaran yang buruk, namun terletak pada masalah gangguan pada otak penderitanya. Penderita disleksia memiliki perbedaan dalam cara otak memproses informasi, sehingga informasi yang diterima mengalami kerancuan.  Penelitian lain menunjukkan bahwa pada otak penderita disleksia menunjukkan aktivitas yang sangat sedikit di daerah yang dikenal sangat penting dalam menghubungkan bentuk tulisan dengan komponen fonetik mereka.
Ciri-ciri Disleksia
Gejala-gejala dalam disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak sama untuk tiap penderita sehingga sulit dikenali, terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah. Ada beberapa gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan dan ketelitian dalam memahami suara atau bahasa lisan. Misalnya membedakan kata “paku” dengan kata “palu”.



Selain masalah pada kepekaan fonologi, gejala disleksia juga bisa berupa hal-hal berikut:
§  Kurang memori verbal untuk mengingat urutan informasi secara lisan dalam jangka waktu singkat, semacam perintah singkat seperti menaruh tas dan kemudian mencuci tangan.
§  Kesulitan dalam mengurutkan dan mengucapkan sesuatu dalam kata-kata, misalnya urutan angka, menamai warna-warna, atau benda.
§  Kesulitan memroses informasi lisan, misalnya saat mencatat nomor telepon atau didikte.
Pada balita, disleksia dapat dikenali melalui perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya dan membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru. Misalnya keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”. Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri dan kurang memahami kata-kata yang memiliki rima.
Indikasi disleksia biasa akan lebih jelas ketika anak mulai belajar membaca dan menulis di sekolah. Anak akan mengalami beberapa kesulitan seperti:
§  Sulit memroses dan memahami apa yang didengarnya.
§  Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
§  Sering salah atau terlalu pelan saat membaca.
§  Sulit mengingat urutan, misalnya urutan abjad atau nama hari.
§  Sulit mengeja, misalnya huruf “d” sering tertukar dengan huruf “b”.
§  Cara baca yang terbata-bata atau sering salah.
§  Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal.
§  Lamban dalam menulis, misalnya saat didikte atau menyalin tulisan.
§  Memiliki kepekaan fonologi yang rendah.

Karena sulit dikenali, gejala-gejala disleksia juga ada yang baru disadari setelah penderita beranjak remaja bahkan dewasa. Beberapa di antaranya adalah:
§  Kesulitan membaca dan mengeja.
§  Kesulitan menyalin catatan serta membuat karya tulis, misalnya makalah atau laporan.
§  Sering tidak memahami lelucon atau makna bahasa kiasan, misalnya istilah “otak encer” yang berarti pintar.
§  Kesulitan untuk mengatur waktu, misalnya tenggat waktu dalam tugas.
§  Kesulitan mengingat hal-hal yang berurutan, misalnya nomor telepon.
§  Cenderung menghindari kegiatan membaca dan menulis.
§  Kesulitan berhitung.
25% disleksia pada tingkat yang parah mengarah pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

PENYEBAB DISLEKSIA
Penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga faktor keturunan atau genetika berperan di balik gangguan belajar ini. Seorang anak memiliki risiko menderita disleksia jika orang tuanya menderita gangguan yang sama.
1.      Penyebab genetik
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama. Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga. Tim Yale School of Medicine menemukan bahwa cacat pada gen yang dikenal dengan DCDC2 dikaitkan menjadi penyebab kesulitan membaca. Gen yang cacat ini muncul untuk berinteraksi dengan KIAA0319, yakni gen disleksia kedua. Namun sampai sekarang belum diketahui penyebab kecacatan pada gen ini hingga menyebabkan disleksia.


2.      Cedera otak
Cedera otak merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya. Beberapa kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor genetik. Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke maupun trauma.
3.      Pemrosesan fonologi
Faktor paling umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan fonologi. Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik.

Terapi disleksia
Ciri dan gejala disleksia seperti di atas, bisa dijadikan sebagai salah satu cara mengatasi dan mencegah berkembangnya disleksia. Menangani disleksia dengan mengetahui ciri dan gejalanya sejak awal akan membantu mengatasi kesulitan belajar yang terjadi pada anak disleksia. Disleksia haruslah ditangani dengan tepat, jika tidak anak disleksia bisa mengalami frustasi akibat kondisi yang dideritanya.
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan disleksia. Untuk itu selain mengetahui ciri dan gejala disleksia seperti di atas, bisa juga menggunakan terapi untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia.
Terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia adalah Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment. Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment adalah sebuah terapi yang dirancang khusus oleh para ahli untuk membantu mengatasi kesulitan membaca dan menulis pada penderita disleksia. Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment bekerja dengan memberikan stimulus pada gelombang otak yang telah disesuaikan, sehingga sangat efektif untuk mengatasi masalah kesulitan belajar pada anak disleksia.
Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment berbentuk CD musik terapi sehingga sangat mudah dan praktis digunakan. Penggunaan Terapi Gelombang Otak Disleksia Treatment secara teratur mampu memudahkan anak disleksia untuk mempercepat proses belajarnya.
Dyslexia Treatment merupakan terapi yang dikembangkan secara khusus oleh para ahli untuk mengatasi masalah Dyslexia yang masih menjadi misteri dalam dunia kedokteran. Terapi ini dirancang dengan stimulus pada gelombang otak yang sudah disesuaikan, sehingga sangat efektif untuk digunakan dalam mengatasi masalah Dyslexia tersebut. Terapi ini diproduksi dalam bentuk audio dan dicetak dalam bentuk CD dan DVD dengan tujuan agar bisa mendapatkan dan menggunakannya secara mudah.
 Saat seseorang yang mengalami gangguan Dyslexia ini menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment, maka akan merasakan perasaan nyaman, dan rileks saat belajar, baik itu membaca, menulis atau menghitung. Mereka akan merasakan perbedaan ketika menggunakan terapi ini secara rutin dan sebelum menggunakan terapi ini.
Untuk menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment sangat mudah, karena penderita cukup mendengarkan melalui headphone atau speaker dan dengan posisi sambil duduk santai atau sambil berbaring. Rasakan stimulus dari aluran musik terapi ini, dengan cara mata dipejamkan. Gunakanlah dalam sehari selama 30 menit secara rutin, akan lebih efektif jika menggunakannya saat keadaan benar-benar santai dan rileks serta tidak ada yang mengganggu.
Biasanya, untuk mendapatkan keadaan seperti itu disaat menjelang tidur. Tidak masalah jika tertidur saat menggunakan terapi ini, karena otak akan tetap menerima stimulus dari terapi ini. Terapi ini juga bisa digunakan oleh siapa saja, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.


¡Compártelo!

0 komentar:

Pasang emoticon dibawah ini dengan mencantumkan kode di samping kanan gambar.

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q:

Posting Komentar

Pembaca yang baik adalah pembaca yang berkenan meninggalkan komentarnya :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Search

 

Blog Dewi Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger