About Me

Foto saya
Banjarnegara, Jawa tengah, Indonesia
Saya seorang pelajar TKJ kelas XI | VHS Garlic 2 - Banjarnegara.

BIOGRAFI WILLIAM H. SHELDON (PARADIGMA TRAITS)


Sheldon dilahirkan pada tahun 1899 di Warwick, Rhode Island, dan dibesarkan di sana pula, dalam suasana pertanian. Suasana pedesaan dan hubungannya yang erat dengan ayahnya seorang naturalis dan peternak besar pengaruhnya terhadap pandangannya mengenai manusia. Bahkan sampai dewasa ini tulisan-tulisannya menunjukkan perhatiannya terhadap dunia hewan. Dia mendapat pendidikan di public school, kemudian masuk Brown University, dan di sana dia mendapat gelar B.A.(1919). Kemudian mendapat gelar M.A dari Universitas Colorado dan Ph.D dalam psikologi dari Universitas Chicago pada tahun 1926. Dari tahun 1924 sampai 1926 dia menjadi instruktur dalam psikologi di Universitas Chicago. Tahun 1926 sampai 1927 menjadi guru besar pembantu di Universitas Wisconsin. Setelah menyelesaikan pelajarannya dalam bidang kedokteran, dia bekerja di rumah sakit kanak-kanak di Chicago dan kemudian mendapat beasiswa untuk belajar psikiatri di luar negeri selama dua tahun. Sebagian besar waktu belajarnya yang dua tahun itu digunakannya pada C.G Jung di Zurich; tetapi dia juga datang pada Kretschmer. Pada tahun 1936 dia kembali ke Amerika Serikat dan diangkat sebagai guru besar psikologi di Uniersitas Chicago. Dalam tahun 1938 pindah ke Harvard sampai pecah perang dunia II. Pada tahun 1947 Sheldon diangkat menjadi Direktur Laboratorium Konstitusi pada College of Physician and Surgeons, UnColumbia, menggantikan George Draper, yaitu perintis dalam lapangan constitutional medicine. Tulisan-tulisan Sheldon menunjukkan ada usaha yang giat untuk menentukan dan menggambarkan komponen-komponen struktural dari pada tubuh manusia serta komponen-komponen pokoknya (Sheldon, 1942) dan penggunaan penemuan itu pada bidang kejahatan (kenakalan) anak-anak (Sheldon, 1949).
Karena pendidikan yang bermacam-macam itu, maka sukarlah untuk menandai tokoh mana yang terutama berpengaruh terhadap perkembangan pendapat Sheldon. Namun baik pada tulisan-tulisannya maupun dalam ceramah-ceramahnya terlihat pengaruh ahli-ahli psikologi konstitusional yang terdahulu, terutama Kretschmer dan Viola. Selanjutnya juga terdapat pengaruh Freud dan Jung. Sarjana Amerika Serikat sendiri yang berpengaruh terhadapnya ialah W. James. Pendidikannya dalam bidang kedokteran serta pengalaman kecilnya dengan hewan mencermin dalam perhatiannya terhadap faktor-faktor biologis dan keturunan dalam tingkah laku.
            Selanjutnya kerja samanya dengan S.S Stevens yang mengutamakan cara–cara penyelidikan yang teliti dan pengukuran-pengukuran juga berpengaruh terhadap Sheldon.
Dalam Teori Sheldon dapat dikemukakan, bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Dalam pada itu dia mendapatkan sejumlah variabel objektif yang dapat dipakai untuk menggambarkan jasmani dan tingkah laku. Selanjutnya caranya mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah dibuat standarnya merupakan hal yang penting di pandang dari segi metodologi. Adapun yang menjadi landasan sikapnya yang mementingkan jasmani beserta pengukuran-pengukurannya itu ialah keyakinannya yang kuat, bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah sangat penting dalam menentukan tingkah laku.

TEORI W.H SHELDON:
PSIKOLOGI KONSTITUSIONAL DI AMERIKA SERIKAT
1.    Pengantar
Sudah sejak lama ada pendapat, bahwa sifat-sifat jasmaniah itu merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Umum sekali orang berpendapat, bahwa orang yang gemuk itu peramah dan lamban, bahwa orang yang jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia, dan sebagainya, dan sebagainya. Kecuali pendapat orang kebanyakan tersebut juga banyak sarjana-sarjana yang berpendapat seperti itu, misalnya Lavater (1804, Physiognomi) Gall dan Spurzhein (1809, Phrenologi). Dan lebih kemudian juga banyak penyelidik-penyelidik yang pendapatnya seperti itu, misalnya: Rostan, Viola, Siguad, Naccaratti, dan yang terkenal sekali Kretschmer.
Jadi baik orang kebanyakan, maupun para sarjana yang disebutkan di atas itu berpandapat, bahwa tingkah laku yang mencerminkan kepribadian itu dalam banyak hal bersangkutan dengan keadaan jasmani yang nampak di Amerika Serikat, pendapat semacam itu tidak banyak yang mengikuti, bahkan banyak yang kurang dapat menerima. Hasil karya William H. Sheldon merupakan hasil yang besar dalam situasi ilmiah yang demikian itu.
Sebelum dibicarakan teori psikologi konstitusional itu lebih jauh, haruslah lebih dahulu dimengerti apa arti istilah konstitusi itu menurut Sheldon. Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap tak berubah-ubah morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu, dan sebagainya dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan, sikap sosial, kegemaran dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi dipakai dalam arti seperti yang dikemukakan oleh sheldon itu.



2.    Pokok-pokok Teori William H. Sheldon
a.    Struktur Tubuh (Jasmani)
Berbeda dari kebanyakan ahli-ahli dalam lapangan psikologi kepribadian di Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan komponen-komponen yang banyak sekali, maka Sheldon menentukan sejumlah kecil variabel jasmaniah dan temperamen yang tegas, yang dianggapnya merupakan hal yang terpenting dalam tingkah laku manusia (kendatipun dia tidak menutup kemungkinan untuk penyelidikan-penyelidikan yang lebih teliti/mengunsur).
Seperti ahli-ahli psikologi konstitusional yang terdahulu Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran dari pada komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu diinsafi bahwa Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk klasifikasi dan deskripsi tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi yaitu untuk mendapatkan apa yang disebut biological identification tag. Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa orang mungkin mendapatkan representasi dari pada faktor-faktor tersebut dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan pada jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menentukan perkembangan jasmani,tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe).
Di sini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk mengukur aspek jasmaniah individu, dan selanjutnya dikaji usahanya untuk menentukan komponen terpenting yang menjadi dasar tingkah laku manusia.
1.      Dimensi-dimensi Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain yang terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat foto-foto tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara yang distandardisasikan. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test).
Pada usaha pertama Sheldon mengumpulkan foto-foto mahasiswa-mahasiswa laki-laki sebanyak 4.000. Foto-foto ini lalu diperiksa dengan teliti oleh sejumlah penilai yang bermaksud untuk mendapatkan variabel-variabel pokok yang merupakan dasar daripada variasi jasmani. Apabila suatu sifat dianggap merupakan komponen pokok (primer), maka lalu dinilai dengan kriteria berikut ini:
(1)   Mungkinkah menentukan kedudukan keempat orang coba (subjek) itu dengan sifat-sifat tersebut?
(2)   Dapatkah penilaian-penilaian itu (yang bekerja secara independent satu sama lain) mencapai persesuaian dalam menentukan kedudukan jasmani atas dasar sifat-sifat tersebut?
(3)   Mungkinkah mempertimbangkan/memperhitungkan variabel itu dalam kombinasi dengan variabel-variabel lain yang telah ditentukan lebih dahulu?
a.    Komponen-komponen Jasmaniah Primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran struktur tubuh. Komponen-komponen itu adalah:
1)      Endomorphy
2)      Mesomorphy, dan
3)      Ectomorphy
Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm dan ectoderm). Dominasi daripada komponen tertentu. Dengan demikian maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia, yaitu:
1)      Tipe Endomorph (komponen endomorphy dominant)
Individu yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh: alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan terpenting. Nampaknya keluar:lembut,gemuk,berat badan relatif rendah.
2)      Tipe Mesomorph (komponen mesomorphy dominant)
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, maka bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain:otot-otot, pembuluh darah, jantung dominant. Nampaknya dari luar kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit. (Banyak di antara olahragawan, pengelana, tentara, termasuk tipe ini).
3)      Tipe Ectomorph (komponen ectomorphy dominant)
Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari ectoderm yang terutama berkembang (kulit, sistem syaraf memainkan peran terpenting). Nampaknya orang yang ectomorph itu: jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
Keempat ribu orang coba itu diukur dengan teliti dan diberi tempat kedudukan (urutan, rank) atas dasar ketiga komponen pokok itu. S.S Stevens, teman sekerja Sheldon menemukan mesin yang sangat membantu pengerjaan data yang telah didapatkan itu.
Somatotipe individu itu menggambarkan keadaan tubuhnya dengan angka tiga deret. Angka yang pertama menggambarkan komponen endomorphy, angka kedua menunjukkan komponen mesomorphy, dan angka yang ketiga menunjukkan komponen ectomorphy. Angka-angka tersebut bergerak dari 1 sampai dengan 7, angka 1 menunjukkan komponen minimal, sedangkan angka 7 menunjukkan komponen maksimal. Jadi individu yang di nilai 711 berarti mempunyai komponen endomorphy amat sangat tinggi dan komponen-komponennya mesomorphy serta ectomorphy amat sangat rendah.
Seperti telah dikatakan, somatotipe ini adalah alat untuk mengira-irakan komponen biologis dari tingkah laku dasar dan tak berubah (morphogenotipe) dengan jalan mengukur keadaan tubuh yang nampak keluar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai: kepala, leher, dada, lengan, panggul, perut, kaki. Jadi somatotipe itu merupakan kompromis antara morphogenotipe dan phenotipe.
Sheldon mengatakan bahwa apabila orang mau benar-benar memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya tentang morphogenotipe secara ideal, dia tidak cukup hanya menyelidiki individu itu sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan keturunannya. Selanjutnya foto individu itu harus dibuat berturut-turut secara periodik. Tentu saja apa yang pernah dicapai bukanlah somatotipe yang ideal itu.
Kecuali ketiga tipe yang telah dikatakan di muka itu, maka ada enam tipe campuran. Di antara tiap dua tipe pokok ada dua tipe campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut yaitu (lihat Gambar 1):
I.       endomorph yang mesomorphis,
II.    endomorph yang ectomorphis,
III.  mesomorph yang endomorphis,
IV. mesomorph yang ectomorphis,
V.    ectomorph yang endomorphis,
VI. ectomorph yang mesomorphis.
  
b.    Komponen-komponen Jasmani Sekunder
Disamping komponen-komponen jasmani primer itu Sheldon mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder yaitu:
1)      Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah daripada tubuh. Dalam penyelidikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan, bahwa banyak displasia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki; penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, bahwa lebih banyak displasia pada para penderita psikosis dari pada mahasiswa.
2)      Gynandromorphy
Gynandromorphy adalah komponen jasmani sekunder yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauh manakah jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan huruf “g”. Jadi individu laki-laki yang mempunyai komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut,panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Secara teori sifat-sifat ini dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. Angka 1 menunjukkan tidak adanya sifat-sifat dari jenis kelamin lawannya, sedangkan angka 7 menunjukkan kebancian (hermaphroditismus).
3)      Texture (tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga,dan barangkali yang terpenting,ialah tampang (texture) yang oleh Sheldon ditandai dengan huruf “t” (dari texture). Adapun yang dimaksud dengan tampang (texture) oleh Sheldon ialah bagaimana individu itu nampaknya keluar.
2.      Konstansi Somatotipe
Suatu hal yang para ahli psikologi konstitusional berbeda-beda pendapatnya ialah sejauh manakah klasifikasi dan pencandraan yang didasarkan atas ukuran-ukuran objektif dari pada tubuh itu diharapkan tetap. Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa orang pada umumnya untuk mengakui sifat berubah-ubahnya somatotipe itu. Namun, Sheldon yakin, bahwa tidak ada perubahan makanan yang dapat merubah ukuran-ukuran orang dari somatotipe yang satu ke somatotipe yang lain. Memang mungkin faktor-faktor makanan menimbulkan perubahan pada ukuran-ukuran individu, akan tetapi itu tidak akan mengubah somatotipe yang sebenarnya.
Hipotesis tentang konstansi somatotipe ini dibuktikan oleh adanya kemiripan dalam distribusi bermacam-macam tipe itu pada umur yang berbeda-beda. Misalnya Sheldon (1940) mengemukakan hasil penyelidikannya bahwa orang-orang yang berumur 40 tahun menunjukkan variasi berbagai somatotipe yang kira-kira sama dengan mahasiswa-mahasiswa (masih muda). Apabila umur membawa perubahan pokok dalam somatotipe, semestinya umur yang berbedaan itu akan menunjukkan variasi somatotipe yang tidak sama.
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudian Sheldon mengubah pendiriannya itu; konstansi somatotipe itu membutuhkan adanya konstansi dalam makanan dan tak adanya hal-hal yang patologis.
b.   Analisis Tingkah laku (Kepribadian)
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal duga bahwa walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku,tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur komponen-komponen dasar itu atas dasar pendapat-pendapat yang telah ada dan disempurnakan dengan pengetahuan klinisnya serta pengalaman-pengalamannya.
1.      Dimensi-dimensi Temperamen
a.       Cara kerja Sheldon
1.   Sheldon mengumpulkan sifat-sfiat yang telah terdapat di dalam kepustakaan mengenai kepribadian. Dan dari penelitiannya ini dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat. Jumlah ini ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri. Kemudian semua sifat itu di reduksikan dengan jalan menyatukan sifat-sifat yang mempunyai overlapping dan menghilangkan yang tidak significant. Akhirnya Sheldon dengan pembantu-pembantunya mendapatkan 50 sifat yang merupakan representasi daripada semua sifat-sifat tersebut.
2.   Kemudian dicari kelompok sifat (cluster of traits) dengan pedoman: untuk masuk dalam satu kelompok harus punya angka korelasi serendah-rendahnya 0,60 dan untuk masuk dalam kelompok yang berbeda harus punya angka korelasi setinggi-tingginya – 0,30. Dengan cara tersebut maka didapatkan tiga kelompok komponen primer temperamen.
b.      Komponen-komponen Primer Daripada Temperamen
Ketiga kelompok sifat-sifat temperamen itu meliputi 22 dari 50 sifat yang telah dikemukakan diatas. Ketiga komponen itu mula-mula dinamakan faktor I.II.III., kemudian dinamakan komponen-komponen I.II.III., dan pada akhirnya dinamakan viscerotania, somatotania, dan cerebrotania.
1.      Komponen primer temperamen yang pertama dinamakannya viscorotonia, karena kelompok sifat-sifat yang di cakupnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral/digestif. Orang yang viscerotonis itu mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar.
Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:
(a)    Sikapnya tidak tegang (relaxed)
(b)   Suka hiburan
(c)    Gemar makan-makan
(d)   Besar kebutuhannya akan resonansi dari orang lain,
(e)    Tidurnya nyenyak
(f)    Bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain.
2.      Komponen primer kedua dinamakan somatonia, karena sifat-sifat (kelompok sifat-sifat) yang dicakupnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya dominan. Orang yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi muskuller, suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, suka mendapat pengalaman fisik. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:
(a)    Sikapnya gagah
(b)   Perkasa (energetic)
(c)    Kebutuhan bergerak besar
(d)   Suka berterus terang
(e)    Suara lantang
(f)    Nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya
(g)   Bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan.
3.      Komponen Primer ketiga dinamakan cerebotania. Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerakan-gerakan jasmaniah.
(a)    Sikapnya kurang gagah ragu-ragu
(b)   Reaksinya cepat
(c)    Kurang berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia),
(d)   Kurang berani berbicara di depan orang banyak
(e)    Kebiasaan-kebiasaannya tetap,hidup teratur
(f)    Suara kurang bebas
(g)   Tidur kurang nyenyak (sukar)
(h)   Nampak lebih muda dari yang sebenarnya
(i)     Bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.
Ketiga komponen itu dengan sifat-sifat yang dicakupnya merupakan Scale of Temperamen, yang juga mempunyai skala 1 sampai dengan 7. Dengan uraian yang telah dikemukakan itu nyata, bahwa kalau dipandang dari segi tipologi Sheldon membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen,yaitu:
1)   Viscerotonia
2)   Somatotonia dan
3)   Cerebrotonia
c.    Hubungan antara Jasmani dan Tingkah Laku (Temperamen)
Bagaimanakah hubungan antara komponen jasmani dan komponen temperamen tersebut? Hasil penyelidikan Sheldon selama lima tahun mengenai 200 mahasiswa laki-laki dikemukakannya dalam “The varieties of temperament” menunjukkan hal sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel. Korelasi antara Komponen Jasmani dan Temperamen
(N = 200)

Viscerotonia
Somatotonia
Cerebrotonia
Endomorphy
+ 0,79
- 0,29
- 0,32
Mesomorphy

+ 0,82
- 0,58
Ectomorphy


+ 0,83

d.   Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-gangguan Kejiwaan
Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi meluas juga kepada masalah-masalah ketidaknormalan.
Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With Katz) diterbitkan pada tahun 1948. Juga dalam penyelidikannya mengenai gangguan kejiwaan-kejiwaan ini Sheldon mengemukakan dimensi-dimensi. Sebagai hasil penyelidikannya terhadap penderita penyakit kejiwaan selama beberapa tahun Sheldon mengemukakan konsepsi tentang gangguan kejiwaan yang terdiri dari tiga dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besarnya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa di gunakan dalam diagnosis psikiatris.
Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:
1)        Affetive, yang bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis-depretif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
2)        Paranoid yang bentuk ekstremnya terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari kenyataan:merasa diancam,merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).
3)        Heboid, yang bentuk esktremnya yang terdapat pada para penderita hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (a sosial, anti sosial).
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya dalam lapangan ini masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapan yang baik di masa depan. Hasil yang diumumkan pada tahun 1948 dan 1949 adalah seperti tersebut pada tabel berikut
Tabel Korelasi antara Somatotipe dan Komponen Psikiatris
(N = 155)

Komponen psikiatris I
(Affective)
Komponen psikiatris II
(Paranoid)
Komponen psikiatris III
(Heboid)
Endomorphy
+ 0,54
- 0,04
- 0,25
Mesomorphy
+ 0,41
+ 0,57
- 0,68
Ectomorphy
- 0,59
- 0,34
+ 0,64

Secara skematis saling hubungan tersebut dapat di gambarkan sebagaimana terlihat pada gambar yang berikut (lihat gambar 3).
Korelasi antara komponen-komponen psikiatris I, II, III, dengan komponen-komponen somatotipe semua positif, walaupun tidak terlalu tinggi. Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada hubungan, walaupun hubungan itu tidak sesederhana yang terdapat pada komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen temperament.
e.    Hubungan antara Jasmani dan Kenakalan (Delinquency)
Dalam lapangan ini Sheldon melakukan penyelidikan selama delapan tahun. Yang diselidiki 400 pemuda (1939 sampai 1942) kemudian untuk penyelidikan lanjutan (follow up study) diselidiki 200 orang di antara mereka. Mereka itu diselidiki mengenai:
-        Somatotipenya
-        Komponen-komponen temperamennya
-        Komponen-komponen psikiatrisnya
-        Sejarah hidup,yang meliputi:
-        Keadaan kecerdasan dan pendidikannya
-        Latar belakang keluarganya
-        Riwayat pengobatan yang dialaminya
-        Kenakalan-kenakalannya
-        Tingkah laku-tingkah lakunya yang khas.
Dari penyelidikan-penyelidikan itu ternyata, bahwa pemuda-pemuda nakal (delinqunt youths) itu sebagian besar termasuk pada golongan mesomorph yang endomorphis. Kalau di gambarkan secara skematis adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut (lihat Gambar 4). Pemuda-pemuda nakal itu menurut somatotipenya terutama terdapat pada daerah di atas garis AB.
3.    Beberapa Perumusan Teoretis
Perlu sekali diingat, bahwa Sheldon bekerja secara induktif dan tidak begitu mementingkan perumusan-perumusan teoretis dan sistematis. Dalam pada itu dengan jelas dia mengemukakan,bahwa walaupun dia tidak mempersoalkan faktor lingkungan, itu tidak berarti dia menganggap bahwa lingkungan tidak penting.
Dia hanya ingin mengemukakan, bahwa faktor-faktor konstitusional yang biasanya diabaikan dalam psikologi di Amerika Serikat itu juga penting. Dalam hubungan dengan hal-hal di atas itu ada beberapa hal teoritis yang perlu dikemukakan di sini:
1.      Faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara jasmani dan temperamen
Di sini diterima adanya hubungan antara komponen-komponen jasmani dan komponen-komponen tingkah laku (temperament). Hubungan ini dapat diterangkan dalam berbagai cara:
a.       Individu yang memiliki tipe jasmani tertentu kiranya mendapatkan cara-cara bertingkah laku tertentu yang efektif, sedangkan individu yang bertipe jasmani lain akan harus menggunakan cara-cara bertingkah laku yang lain supaya dapat efektif. Konsepsi ini menunjukkan bahwa sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku itu tidak hanya fungsi lingkungan tempat berlangsungnya tingkah laku itu saja, melainkan juga fungsi orang (tipe jasmani tertentu) yang bertingkah laku itu.
Misal:
Orang yang ectomorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar, agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil bertingkah laku demikian itu.
b.      Kemungkinan lain ialah, bahwa hubungan antara jasmani dan temperamen diantarai oleh anggapan yang stereotipis yang ada dalam kebudayaan mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Jadi individu yang memiliki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan sosial tertentu yang pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peranan sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan berakibat, bahwa orang-orang yang tipe jasmaninya berbeda akan bertingkah laku secara berbeda. Dan ini ditiru oleh lain-lain orang yang punya tipe jasmani serupa.
c.       Kemungkinan yang lain: Pengalaman atau pengaruh lingkungan cenderung untuk menimbulkan tipe tubuh tertentu; ini selanjutnya akan menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu.
Misal:
Orang yang aktif berlatih atletik akan mempunyai bentuk tubuh tertentu,dan ini cenderung untuk punya sikap dan tingkah laku yang khas.
d.      Kemungkinan keempat ialah: Hubungan antara bentuk jasmani dan tingkah laku (temperament) itu karena bekerja-samanya faktor-faktor genetis. Baik jasmani maupun kecenderungan-kecenderungan tingkah laku pada pokoknya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan,dan faktor-faktor keturunan itu satu sama lain demikian erat hubungannya sehingga sifat-sifat jasmani tertentu berhubungan dengan erat dengan sifat-sifat tingkah laku tertentu. Misalnya Jenis kelamin berhubungan erat dengan sifat-sifat tingkah laku tertentu. Agaknya bagi Sheldon yang penting adalah kedua kemungkinan yang pertama, yaitu: pengalaman selektif dan determinasi kultural,walaupun dia mengakui pentingnya determinasi genetis.
2.      Orientasi biologistis dan genetis
Banyak ahli-ahli teori kepribadian meletakkan titik berat pendapatnya pada segi-segi psikologis tingkah laku manusia (Murray, Murphy, Freud, Adler, dan Sebagainya), namun tidak banyak yang metodenya menunjukkan keselarasan dengan pangkal duga ini. Dalam banyak hal pendapat Sheldon dapat dianggap mementingkan faktor-faktor biologis sebagai dasar tingkah laku manusia, dan ini nampak juga dari usahanya untuk melakukan pengukuran-pengukuran faktor-faktor biologis itu. Seperti telah dikemukakan dari pembedaannya antara somatotipe dan morphogenotipe, pengukuran jasmani itu hanya merupakan alat untuk mengira-ngirakan faktor-faktor biologis yang menjadi dasar tingkah laku manusia.
3.      Tekanan terhadap faktor organisasi dan medan
Walaupun Sheldon berhasil memisahkan dan mengukur dimensi-dimensi untuk mencandra jasmani dan temperamen,namun dia tidak yakin, bahwa penyelidikan dimensi itu satu-persatu akan membawa hasil yang baik. Menurut Sheldon pola hubungan antara berbagai variabel itu lebih penting dari pada masing-masing komponen. Dia selalu insyaf akan ciri khas yang hakiki daripada tingkah laku dan sifat-sifat jasmani individu.
4.      Perkembangan individu
Sheldon sedikit sekali mempersoalkan perkembangan individu. Ia mengatakan bahwa kejadian-kejadian tertentu pada masa kanak-kanak mungkin berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada masa dewasa, tetapi dia tidak menganggap bahwa kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak yang demikian itu memainkan peranan sebagai sebab. Ia menyarankan, kiranya predisposisi biologis yang menyebabkan pengalaman tertentu pada masa kanak-kanak itu dan kiranya predisposisi yang sama pula yang kiranya menjadi dasar tingkah laku tertentu pada masa dewasa. Hubungan antara kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak dan tingkah laku pada masa sebelumnya itu merupakan refleksi daripada faktor-faktor biologis yang bekerja secara tetap dalam jangka waktu yang sama.
Mengenai faktor mana yang berpengaruh dalam perkembangan itu dapat dikemukakan hal yang berikut: ia tidak beranggapan perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh dasar-dasar biologis yang diwarisi seperti ternyata dalam morphogenotipe, tetapi dia beranggapan, bahwa individu itu diperlengkapi dengan potensi-potensi bagi pertumbuhannya. Tetapi pengalaman tertentu yang di jumpai oleh individu akan memainkan peranan yang menentukan apakah dia akan benar-benar mnginsyafi potensi-potensi yang dimilikinya itu.
5.      Proses tak sadar
Pentingnya faktor-faktor tingkah laku yang tak disadari diakui oleh Sheldon; tetapi dia menganggap bahwa faktor tak sadar ini sama dengan faktor-faktor biologis yang pokok/dasar. Kiranya, kalau individu itu lebih mengenal struktur tubuhnya serta fungsi-fungsi biologisnya, dia akan lebih memahami kekuatan-kekuatan yang menggerakkan tingkah lakunya. Sheldon (1946) menyatakan,bahwa ketidaksadaran adalah tubuh dan sebab mengapa begitu sukar orang menyatakan (merumuskan) ketidaksadarannya atau hal-hal yang terjadi dalam tubuhnya karena bahasa tidak disusun secara sistematis untuk mengatakan apa yang sedang terjadi dalam tubuh. Jadi dengan membuat somatotipe itu dia ingin mencapai apa yang diinginkan oleh ahli-ahli psikoanalisis dengan jalan lebih langsung.

KESIMPULAN
W.H. Sheldon adalah tokoh psikologi kepribadian asal Amerika Serikat yang menitik beratkan penelitiannya pada “kondisi fisik tubuh” serta pengaruhnya pada psikologi seseorang, sering dikenal sebagai pendukung utama psikologi konstitusi pada zamannya. Ia adalah seorang psikolog, dokter, dan ahli ilmu alam yang percaya bahwa struktur fisik menentukan perilaku seseorang. Teori Sheldon sering digolongkan sebagai teori tipologi.
Dari uraian makalah di atas tentang teori William H. Sheldon dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Sheldon mejelaskan bahwa dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani primer adalah endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Sedangkan komponen jasmani sekunder adalah displasia, gynandromorphy, dan texture (tampang).
2.      Dipandang dari segi tipologi Sheldon, Sheldon juga membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan cerebrotonia.
3.      Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris.komponen-komponen psikiatris itu ialah; affetive, paranoid, dan heboid.


Sumber:
Kartono, Kartini.2005. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju.
Sujanto, Agus dkk. 1997 .Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Sujanto, Agus dkk. 2009 .Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2008 . Psikologi Kepribadian . Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada.

¡Compártelo!

0 komentar:

Pasang emoticon dibawah ini dengan mencantumkan kode di samping kanan gambar.

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q:

Posting Komentar

Pembaca yang baik adalah pembaca yang berkenan meninggalkan komentarnya :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Search

 

Blog Dewi Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger