About Me

Foto saya
Banjarnegara, Jawa tengah, Indonesia
Saya seorang pelajar TKJ kelas XI | VHS Garlic 2 - Banjarnegara.

DISLEKSIA

Disleksia merupakan suatu kondisi dimana penderitanya mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.  Disleksia umumnya terjadi pada keluarga yang memiliki keturunan disleksia. Namun sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab disleksia yang mengakibatkan sebuah keluarga memiliki riwayat disleksia hingga menurun pada anak cucunya. Biasanya disleksia menjadi penyebab kesulitan belajar pada anak-anak maupun dewasa. Disleksia terjadi pada berbagai tingkat kecerdasan, baik di atas kecerdasan rata-rata maupun di bawah rata-rata. Ciri dan gejala disleksia berbeda dari satu anak dengan anak yang lain. Beberapa menunjukkan ciri dan gejala ringan namun beberapa menunjukkan ciri dan gejala yang sangat parah.
Beberapa penelitian para ahli menunjukkan bahwa penyebab disleksia bukan terletak pada sistem pengajaran yang buruk, namun terletak pada masalah gangguan pada otak penderitanya. Penderita disleksia memiliki perbedaan dalam cara otak memproses informasi, sehingga informasi yang diterima mengalami kerancuan.  Penelitian lain menunjukkan bahwa pada otak penderita disleksia menunjukkan aktivitas yang sangat sedikit di daerah yang dikenal sangat penting dalam menghubungkan bentuk tulisan dengan komponen fonetik mereka.
Ciri-ciri Disleksia
Gejala-gejala dalam disleksia sangat bervariasi dan umumnya tidak sama untuk tiap penderita sehingga sulit dikenali, terutama sebelum sang anak memasuki usia sekolah. Ada beberapa gen keturunan yang dianggap dapat memengaruhi perkembangan otak yang mengendalikan fonologi, yaitu kemampuan dan ketelitian dalam memahami suara atau bahasa lisan. Misalnya membedakan kata “paku” dengan kata “palu”.



Selain masalah pada kepekaan fonologi, gejala disleksia juga bisa berupa hal-hal berikut:
§  Kurang memori verbal untuk mengingat urutan informasi secara lisan dalam jangka waktu singkat, semacam perintah singkat seperti menaruh tas dan kemudian mencuci tangan.
§  Kesulitan dalam mengurutkan dan mengucapkan sesuatu dalam kata-kata, misalnya urutan angka, menamai warna-warna, atau benda.
§  Kesulitan memroses informasi lisan, misalnya saat mencatat nomor telepon atau didikte.
Pada balita, disleksia dapat dikenali melalui perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak-anak seusianya dan membutuhkan waktu lama untuk belajar kata baru. Misalnya keliru menyebut kata “ibu” menjadi kata “ubi”. Kesulitan menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan diri dan kurang memahami kata-kata yang memiliki rima.
Indikasi disleksia biasa akan lebih jelas ketika anak mulai belajar membaca dan menulis di sekolah. Anak akan mengalami beberapa kesulitan seperti:
§  Sulit memroses dan memahami apa yang didengarnya.
§  Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
§  Sering salah atau terlalu pelan saat membaca.
§  Sulit mengingat urutan, misalnya urutan abjad atau nama hari.
§  Sulit mengeja, misalnya huruf “d” sering tertukar dengan huruf “b”.
§  Cara baca yang terbata-bata atau sering salah.
§  Kesulitan mengucapkan kata yang baru dikenal.
§  Lamban dalam menulis, misalnya saat didikte atau menyalin tulisan.
§  Memiliki kepekaan fonologi yang rendah.

Karena sulit dikenali, gejala-gejala disleksia juga ada yang baru disadari setelah penderita beranjak remaja bahkan dewasa. Beberapa di antaranya adalah:
§  Kesulitan membaca dan mengeja.
§  Kesulitan menyalin catatan serta membuat karya tulis, misalnya makalah atau laporan.
§  Sering tidak memahami lelucon atau makna bahasa kiasan, misalnya istilah “otak encer” yang berarti pintar.
§  Kesulitan untuk mengatur waktu, misalnya tenggat waktu dalam tugas.
§  Kesulitan mengingat hal-hal yang berurutan, misalnya nomor telepon.
§  Cenderung menghindari kegiatan membaca dan menulis.
§  Kesulitan berhitung.
25% disleksia pada tingkat yang parah mengarah pada ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

PENYEBAB DISLEKSIA
Penyebab disleksia belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga faktor keturunan atau genetika berperan di balik gangguan belajar ini. Seorang anak memiliki risiko menderita disleksia jika orang tuanya menderita gangguan yang sama.
1.      Penyebab genetik
Genetik bisa dikategorikan sebagai penyebab disleksia yang pertama. Hal ini karena disleksia cenderung berjalan dalam keluarga. Tim Yale School of Medicine menemukan bahwa cacat pada gen yang dikenal dengan DCDC2 dikaitkan menjadi penyebab kesulitan membaca. Gen yang cacat ini muncul untuk berinteraksi dengan KIAA0319, yakni gen disleksia kedua. Namun sampai sekarang belum diketahui penyebab kecacatan pada gen ini hingga menyebabkan disleksia.


2.      Cedera otak
Cedera otak merupakan hal yang paling sering menjadi penyebab disleksia berikutnya. Beberapa kasus disleksia terjadi setelah masa kelahiran dan tidak disebabkan oleh faktor genetik. Cedera otak biasanya terjadi karena kecelakaan, stroke maupun trauma.
3.      Pemrosesan fonologi
Faktor paling umum yang biasa menjadi penyebab disleksia selanjutnya adalah pemrosesan fonologi. Disleksia biasanya terjadi karena adanya ketidakstabilan dalam biokomia otak, terutama pada area fonologis (bahasa). Gangguan pemrosesan fonologis inilah yang menyebabkan beberapa penderita disleksia mengalami kerancuan dan sudah membedakan huruf yang hampir sama atau terbalik-balik.

Terapi disleksia
Ciri dan gejala disleksia seperti di atas, bisa dijadikan sebagai salah satu cara mengatasi dan mencegah berkembangnya disleksia. Menangani disleksia dengan mengetahui ciri dan gejalanya sejak awal akan membantu mengatasi kesulitan belajar yang terjadi pada anak disleksia. Disleksia haruslah ditangani dengan tepat, jika tidak anak disleksia bisa mengalami frustasi akibat kondisi yang dideritanya.
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan disleksia. Untuk itu selain mengetahui ciri dan gejala disleksia seperti di atas, bisa juga menggunakan terapi untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia.
Terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia adalah Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment. Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment adalah sebuah terapi yang dirancang khusus oleh para ahli untuk membantu mengatasi kesulitan membaca dan menulis pada penderita disleksia. Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment bekerja dengan memberikan stimulus pada gelombang otak yang telah disesuaikan, sehingga sangat efektif untuk mengatasi masalah kesulitan belajar pada anak disleksia.
Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment berbentuk CD musik terapi sehingga sangat mudah dan praktis digunakan. Penggunaan Terapi Gelombang Otak Disleksia Treatment secara teratur mampu memudahkan anak disleksia untuk mempercepat proses belajarnya.
Dyslexia Treatment merupakan terapi yang dikembangkan secara khusus oleh para ahli untuk mengatasi masalah Dyslexia yang masih menjadi misteri dalam dunia kedokteran. Terapi ini dirancang dengan stimulus pada gelombang otak yang sudah disesuaikan, sehingga sangat efektif untuk digunakan dalam mengatasi masalah Dyslexia tersebut. Terapi ini diproduksi dalam bentuk audio dan dicetak dalam bentuk CD dan DVD dengan tujuan agar bisa mendapatkan dan menggunakannya secara mudah.
 Saat seseorang yang mengalami gangguan Dyslexia ini menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment, maka akan merasakan perasaan nyaman, dan rileks saat belajar, baik itu membaca, menulis atau menghitung. Mereka akan merasakan perbedaan ketika menggunakan terapi ini secara rutin dan sebelum menggunakan terapi ini.
Untuk menggunakan Terapi Gelombang Otak Dyslexia Treatment sangat mudah, karena penderita cukup mendengarkan melalui headphone atau speaker dan dengan posisi sambil duduk santai atau sambil berbaring. Rasakan stimulus dari aluran musik terapi ini, dengan cara mata dipejamkan. Gunakanlah dalam sehari selama 30 menit secara rutin, akan lebih efektif jika menggunakannya saat keadaan benar-benar santai dan rileks serta tidak ada yang mengganggu.
Biasanya, untuk mendapatkan keadaan seperti itu disaat menjelang tidur. Tidak masalah jika tertidur saat menggunakan terapi ini, karena otak akan tetap menerima stimulus dari terapi ini. Terapi ini juga bisa digunakan oleh siapa saja, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa.


RESENSI SUNSET BERSAMA ROSIE

Judul Buku                    : Sunset bersama Rosie
Penulis                           : Tere – Liye
Penerbit                          : Mahaka Publishing
Tahun terbit                   : 2011- 2014
Harga Buku                   : Rp. 65.000
Jumlah halaman             : 426 hlm
Editor                            : Andriyati
Desain Cover                 : Mano Wolfie
Layout                           : Alfian
ISBN                             : 978-602-98883-6-2




Sinopsis
Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak, tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian? Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malah lucu serta gemas saat dikenang. Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan? Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial? Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali. Sebenarnya, apakah itu arti ‘kesempatan’? apakah itu makna ‘keputusan’? bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah ‘keputusan’ atas sepucuk ‘kesempatan’? Sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?
Dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. Novel ini ditulis hanya untuk menyediakan pengertian yang berbeda, melalui sebuah kisah keluarga hebat di pantai yang elok. Semoga setelah membacanya, kita akan memiliki satu ruang kecil yang baru di hati, mari kita sebut dengan kamar ‘pemahaman yang baru’.
Resensi
“Diantara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu yang paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapan-harapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki gunung. Pagi berarti satu hari yang melelahkan telah telampaui lagi. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi.”
Kalimat diatas adalah potongan dari salah satu novel karya Darwis Tere Liye. Novel yang cukup memain-mainkan emosi. Gili Trawangan. Mungkin itu kata pertama yang akan terlintas dari pikiran kita ketika mendengar nama judul novel ini.
Novel ini berkisah tentang sesosok pria bernama Tegar yang mempunyai masa lalu kelam tentang perasaan cintanya yang tak pernah tersampaikan kepada Rosie, teman karibnya dari sejak kecil. Beranjak dewasa, Tegar mempunyai keinginan untuk menyatakan perasaan cintanya yang sudah lama tertahan pada Rosie diatas puncak Rinjani. Tegar mengajak Rosie untuk mendaki gunung Rinjani. Namun Tegar juga mengajak seorang sahabat lainnya bernama Nathan untuk menemani. Namun rencana itu malah menjadi bencana yang membuat perasaannya tersiksa selama bertahun-tahun lamanya.
Ketika Tegar hendak menyatakan perasaan cintanya pada Rosie di atas puncak gunung Rinjani, Tegar mendapati Nathan sedang menyatakan cintanya pada Rosie. Dua bulan sebelum rencana pendakian itu, Tegar sengaja memperkenalkan Nathan pada Rosie. Tapi dua puluh tahun waktu Tegar mengenal Rosie ternyata tidak bisa mengalahkan dua bulan masa waktu Nathan mengenal Rosie. Entah siapa yang salah? Apakah memang Tegar yang tidak pernah berada di relung hati paling dalam Rosie sehingga tidak akan pernah ada kesempatan untuk Tegar bisa memiliki Rosie, ataukah karena memang Tegar sendirilah yang tak pernah membuat kesempatan itu ada. Tegar berlari menghilang dari Rosie dan Nathan
Tegar memutuskan pergi menjauh dari Gili Trawangan. Tegar pergi ke Jakarta. Hari-hari yang Tegar lalui di Jakarta begitu menyiksa. Apalagi setelah Tegar mengetahui bahwa Nathan dan Rosie akan segera menikah. Seperti kalimat dalam buku ini yang begitu dalam,
“Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya... . Sungguh berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
Bertahun-tahun lamanya Tegar harus menyibukan dirinya sendiri untuk membunuh rasa rindu juga benci. Hingga pada suatu hari, tiba-tiba Rosie dan Nathan berhasil menemukan keberadaan Tegar dan menemukan Tegar di sebuah Apartemen. Ada satu hal yang membuat perasaan benci Tegar pada Rosie dan Nathan seketika itu hilang. Yaitu ketika seorang gadis kecil yang tak lain adalah putri dari Nathan dan Rosie yang tiba-tiba begitu akrab dengannya. Inilah salah satu yang disebut dengan sebuah pemahaman baru tentang arti cinta. Anggrek dan Sakura, yang kala itu masih sangat kecil, hanya dalam hitungan detik, seperti sudah mengenal lama, langsung begitu saja akrab dengan Tegar. Membuat dinding-dinding kokoh kebencian Tegar luruh berkeping-keping. Lewat kedua “malaikat kecil” itu, Tegar berdamai dengan masa getir cintanya yang lalu. Tegar pun menjadi sahabat keluarga tersebut. Paman paling hebat dari anak-anak Nathan dan Rosie.
Rosie sangat menyukai sunset, dan seperti biasa di ulang tahun pernikahan ke-13nya dengan Nathan, Rosie merayakannya dengan berkumpul di restoran pinggir pantai Jimbaran. Acara puncaknya apalagi saat melihat sunset. Dan sebelum sunset itu tiba, Tegar yang bergabung lewat Tele-conference bekerja sama dengan Sakura dan Jasmine memberi kejutan. Rosie dan Nathan yang baru mengetahui hal itu memasang wajah penasaran. Sakura dan Jasmine pun berlari untuk membawa kejutan itu.
Selang beberapa menit, Sakura dan Jasmine kembali sambil berlari. Namun sejengkal belum sampai ke tempat Rosie, Sakura menabrak seorang pria hingga merusak kacamata dan ponsel milik pria tersebut. Jasmine yang melihat hal itu meminta maaf kepada pria tersebut dan memberinya satu dari sepuluh tangkai mawar biru yang digenggamnya. Namun pria itu kesal, tidak peduli lantas pergi begitu saja. Jasmine dan Sakura pun bergegas kembali ke hadapan kamera membawa kejutan itu, sepuluh tangkai mawar biru. Rosie sangat menyukai mawar biru. Momen yang ditunggu-tunggu, sunset hampir tiba. Jasmine masih menyembunyikan mawar biru tersebut.
00.00.05 timer menghitung mundur. Sakura dan Jasmine berebut tempat berbicara dengan Tegar. Tegar melihatnya semakin gemas dan tertawa. 00.00.04 Timer terus berdetak. Rosie memisahkan jengkel keduanya, Anggrek mengambil alih, namun tentu saja Jasmine dan Sakura tidak mau kalah. Berebut tempat di depan kamera. 00.00.03 Lili yang masih berusia 1 tahun menatap aneh kakak-kakaknya yang terus-menerus saling sikut. 00.00.02 dan 00.00.01 SURPRISE!!! Jasmine mengeluarkan sepuluh tangkai mawar biru yang digenggamnya sedari tadi. Suasana pecah manjadi kegembiraan dan keharuan, terutama bagi Rosie. Kombinasi hadiah sempurna untuk pernikahan Rosie dan Nathan. Aura bahagia muncul semakin menyilaukan terlihat dari keluarga kecil itu.
00.00.00
Timer bom itu sukses menyentuh angka nol. Tegar menjadi saksi kejadian itu. Dalam gerakan pelan yang menyakitkan, dalam gerakan lambat yang mengiris hati, Tegar harus menjadi saksi utuh seluruh kejadian itu. Sebelum Rosie terharu menerima tangkai bunga, sebelum Nathan mengacak bangga rambut Sakura dan Jasmine, terdengar dentuman keras !
Tegar panik seketika, mencoba melakukan panggilan telepon, namun percuma. Malam itu juga ia berangkat menuju Jimbaran Bali. Beruntung bagi Tegar masih tersisa penerbangan terakhir dari Jakarta saat itu.
Sampai di Bali, menuju Rumah sakit. Tegar melihat kondisi menyakitkan. Rosie yang terdiam bengong dan tak mau melepaskan pelukan pada tubuh sang suami, Anggrek yang terduduk memeluk lutut dan tanpa sadar mengguratkan jemari kecilnya  pada tegel rumah sakit, serta Jasmine dengan tatapan kosong yang hanya bisa memeluk Lili. Sakura diopname mengalami luka cukup parah.
Nathan meninggal dengan kepala pecah. Membuat kesedihan menyelimuti Rosie dan keempat anaknya. Namun ada satu hal yang dilupakan Tegar. Besok adalah hari pertunangannya. Pertunangan dengan gadis bernama Sekar.
Disitulah permasalahan dimulai. 5 tahun dalam masa – masa pahit patah hati. Sekar datang. 2 tahun menjadi pendengar setia bagi kisah memilukan Tegar di masa lalu. 2 tahun mencoba mengembalikan semangat Tegar. 1 tahun menanamkan benih – benih cinta d hati Tegar yang terkoyak, hingga hari pertunangan itu tinggal menghitung jam. Namun tragedi bom Jimbaran mengubah segalanya. 
Rosie yang depresi dengan kematian Nathan, anak2 yang diselimuti kesedihan. Memaksa Tegar menunda pertunangan dengan Sekar. Lewat telepon genggam. Tegar berjanji kepada Sekar bahwa 2 minggu kemudian, setelah semuanya berjalan normal kembali, Tegar akan pulang dan bertunangan lalu menikah dengan Sekar. Sebagai seorang wanita, tentu saja, kekhawatiran itu menyeruak di hati Sekar. Terlebih lagi, Sekar tahu Tegar sangat mencintai Rosie.
Namun apa yang terjadi, Rosie yang terlalu depresi menjadi “Gila” dan harus mendapatkan perawatan di Shelter rehabilitasi. Itu semakin membuat Tegar tidak tega meninggalkan keempat keponakan kesayangannya. Cinta Tegar kepada Rosie memang besar, lebih besar bila cinta Rosie pada Nathan, ditambahkan cinta Nathan pada Rosie serta ditambahkan cinta Rosie dan Nathan pada anak2. Namun apa yang lebih besar dari Cinta Tegar, ialah cinta Sekar. Cinta Sekar pada Tegar bahkan lebih besar bila dibandingkan cinta Tegar pada Rosie ditambah cinta Tegar pada keempat keponakannya. Janji 2 minggu itu kini menjadi 2 bulan. Sekar bersedia menunggu. Menunggu janji kehidupan yang baik yang dijanjikan Tegar.

"Bagi seorang gadis, menyimpan perasaan cinta sebesar itu justru menjadi energi yang hebat buat siapa saja yang beruntung menjadi pasangannya, meskipun itu bukan dengan lelaki yang dicintainya. Bagi seorang pemuda menyimpan perasaan sebesar itu justru mengungkung hidupnya. Selamanya " 

Tegar yang pernah bertahun-tahun tersiksa karena patah hati, kini mencoba mendampingi Rossie dan anak-anaknya melawan duka kehilangan Nathan. Masalahnya Rosie terlalu rapuh, mengalami depresi tingkat tinggi. Anak2 harus ada yang mengurus. Tegar lah yang mengambil tanggung jawab itu. Meninggalkan Sekar. 2 Minggu menjadi 2 bulan, hingga 2 Tahun berlalu, Tegar tak pernah datang pada Sekar. Menepati janjinya untuk pulang.

“Kau tidak pernah pulang, karena aku tidak pernah jadi tempat kau kembali”
 
Novel ini mengajarkan bagaimana menyikapi cinta dan takdir. Kita bisa belajar dari sosok Tegar yang melihat cinta dengan pemahaman baru. Kita bisa belajar dari sosok Jasmine, salah satu putri Rosie dan Nathan yang ketika itu berhadapan langsung dengan pelaku bom perenggut nyawa ayahnya, namun malah menunjukkan sebuah kelapangan hati yang besar serta ketulusan untuk belajar memaafkan. Dan tentunya kita bisa belajar dari Sekar, yang menunjukkan bagaimana caranya mencintai dengan setulus hati. Masih banyak tokoh-tokoh lain yang memberikan pelajaran hidup, juga pemahaman baru tentang bagaimana kita memandang dan menyikapi suatu hal.
“Tahukah kau, untuk membuat seseorang menyadari apa yang dirasakannya, justru cara terbaik melalui hal-hal menyakitkan. Misalnya kau pergi. Saat kau pergi, seseorang baru akan merasa kehilangan, dan dia mulai bisa menjelaskan apa yang sesungguhnya dia rasakan.”
“Kata orang bijak, kita tidak pernah merasa lapar untuk dua hal. Satu, karena jatuh cinta. Dua, karena kesedihan yang mendalam. Maka akan lebih menyakitkan akibatnya ketika kita mengalami jatuh cinta sekaligus kesedihan yang mendalam.”
Kelebihan dan kekurangan dari novel “Sunset Bersama Rosie”
Kelebihan
Novel ini disajikan dengan bahasa yang mudah dimengerti, tokoh – tokohnya pun sangat menarik, selain itu ada gambaran tentang Gili Trawangan dan Gili Meno, jadi bagi pembaca dapat mengetahuinya. Ada tawa, sedih, haru, canda di dalam cerita novel ini.
Kekurangan

Pengarang mengawali tulisan pada Bab yang berbeda, dengan kalimat yang hampir sama, tanpa memberikan jawaban siapa yang akhirnya mendampingi Tegar . Hal itu yang membuat pembaca sedikit bosan.

BIOGRAFI WILLIAM H. SHELDON (PARADIGMA TRAITS)


Sheldon dilahirkan pada tahun 1899 di Warwick, Rhode Island, dan dibesarkan di sana pula, dalam suasana pertanian. Suasana pedesaan dan hubungannya yang erat dengan ayahnya seorang naturalis dan peternak besar pengaruhnya terhadap pandangannya mengenai manusia. Bahkan sampai dewasa ini tulisan-tulisannya menunjukkan perhatiannya terhadap dunia hewan. Dia mendapat pendidikan di public school, kemudian masuk Brown University, dan di sana dia mendapat gelar B.A.(1919). Kemudian mendapat gelar M.A dari Universitas Colorado dan Ph.D dalam psikologi dari Universitas Chicago pada tahun 1926. Dari tahun 1924 sampai 1926 dia menjadi instruktur dalam psikologi di Universitas Chicago. Tahun 1926 sampai 1927 menjadi guru besar pembantu di Universitas Wisconsin. Setelah menyelesaikan pelajarannya dalam bidang kedokteran, dia bekerja di rumah sakit kanak-kanak di Chicago dan kemudian mendapat beasiswa untuk belajar psikiatri di luar negeri selama dua tahun. Sebagian besar waktu belajarnya yang dua tahun itu digunakannya pada C.G Jung di Zurich; tetapi dia juga datang pada Kretschmer. Pada tahun 1936 dia kembali ke Amerika Serikat dan diangkat sebagai guru besar psikologi di Uniersitas Chicago. Dalam tahun 1938 pindah ke Harvard sampai pecah perang dunia II. Pada tahun 1947 Sheldon diangkat menjadi Direktur Laboratorium Konstitusi pada College of Physician and Surgeons, UnColumbia, menggantikan George Draper, yaitu perintis dalam lapangan constitutional medicine. Tulisan-tulisan Sheldon menunjukkan ada usaha yang giat untuk menentukan dan menggambarkan komponen-komponen struktural dari pada tubuh manusia serta komponen-komponen pokoknya (Sheldon, 1942) dan penggunaan penemuan itu pada bidang kejahatan (kenakalan) anak-anak (Sheldon, 1949).
Karena pendidikan yang bermacam-macam itu, maka sukarlah untuk menandai tokoh mana yang terutama berpengaruh terhadap perkembangan pendapat Sheldon. Namun baik pada tulisan-tulisannya maupun dalam ceramah-ceramahnya terlihat pengaruh ahli-ahli psikologi konstitusional yang terdahulu, terutama Kretschmer dan Viola. Selanjutnya juga terdapat pengaruh Freud dan Jung. Sarjana Amerika Serikat sendiri yang berpengaruh terhadapnya ialah W. James. Pendidikannya dalam bidang kedokteran serta pengalaman kecilnya dengan hewan mencermin dalam perhatiannya terhadap faktor-faktor biologis dan keturunan dalam tingkah laku.
            Selanjutnya kerja samanya dengan S.S Stevens yang mengutamakan cara–cara penyelidikan yang teliti dan pengukuran-pengukuran juga berpengaruh terhadap Sheldon.
Dalam Teori Sheldon dapat dikemukakan, bahwa struktur jasmani merupakan yang utama berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Dalam pada itu dia mendapatkan sejumlah variabel objektif yang dapat dipakai untuk menggambarkan jasmani dan tingkah laku. Selanjutnya caranya mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah dibuat standarnya merupakan hal yang penting di pandang dari segi metodologi. Adapun yang menjadi landasan sikapnya yang mementingkan jasmani beserta pengukuran-pengukurannya itu ialah keyakinannya yang kuat, bahwa faktor-faktor keturunan biologis adalah sangat penting dalam menentukan tingkah laku.

TEORI W.H SHELDON:
PSIKOLOGI KONSTITUSIONAL DI AMERIKA SERIKAT
1.    Pengantar
Sudah sejak lama ada pendapat, bahwa sifat-sifat jasmaniah itu merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Umum sekali orang berpendapat, bahwa orang yang gemuk itu peramah dan lamban, bahwa orang yang jangkung itu pemalu, orang yang hitam setia, dan sebagainya, dan sebagainya. Kecuali pendapat orang kebanyakan tersebut juga banyak sarjana-sarjana yang berpendapat seperti itu, misalnya Lavater (1804, Physiognomi) Gall dan Spurzhein (1809, Phrenologi). Dan lebih kemudian juga banyak penyelidik-penyelidik yang pendapatnya seperti itu, misalnya: Rostan, Viola, Siguad, Naccaratti, dan yang terkenal sekali Kretschmer.
Jadi baik orang kebanyakan, maupun para sarjana yang disebutkan di atas itu berpandapat, bahwa tingkah laku yang mencerminkan kepribadian itu dalam banyak hal bersangkutan dengan keadaan jasmani yang nampak di Amerika Serikat, pendapat semacam itu tidak banyak yang mengikuti, bahkan banyak yang kurang dapat menerima. Hasil karya William H. Sheldon merupakan hasil yang besar dalam situasi ilmiah yang demikian itu.
Sebelum dibicarakan teori psikologi konstitusional itu lebih jauh, haruslah lebih dahulu dimengerti apa arti istilah konstitusi itu menurut Sheldon. Menurut Sheldon, konstitusi adalah aspek-aspek individu yang relatif tetap tak berubah-ubah morphologi, psikologi, fungsi kelenjar buntu, dan sebagainya dan dapat dilawankan dengan aspek-aspek yang relatif labil dan mudah bermodifikasi karena tekanan-tekanan lingkungan, seperti kebiasaan, sikap sosial, kegemaran dan sebagainya. Dalam uraian ini istilah konstitusi dipakai dalam arti seperti yang dikemukakan oleh sheldon itu.



2.    Pokok-pokok Teori William H. Sheldon
a.    Struktur Tubuh (Jasmani)
Berbeda dari kebanyakan ahli-ahli dalam lapangan psikologi kepribadian di Amerika Serikat yang umumnya mengemukakan komponen-komponen yang banyak sekali, maka Sheldon menentukan sejumlah kecil variabel jasmaniah dan temperamen yang tegas, yang dianggapnya merupakan hal yang terpenting dalam tingkah laku manusia (kendatipun dia tidak menutup kemungkinan untuk penyelidikan-penyelidikan yang lebih teliti/mengunsur).
Seperti ahli-ahli psikologi konstitusional yang terdahulu Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran dari pada komponen-komponen jasmaniah manusia. Dalam pada itu perlu diinsafi bahwa Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk klasifikasi dan deskripsi tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi yaitu untuk mendapatkan apa yang disebut biological identification tag. Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga, bahwa orang mungkin mendapatkan representasi dari pada faktor-faktor tersebut dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan pada jasmani. Dalam pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar jasmani yang nampak (phenotipe), dan yang memainkan peranan penting tidak saja dalam menentukan perkembangan jasmani,tetapi juga dalam pembentukan tingkah laku. Somatotipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe itu, walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe).
Di sini akan dibicarakan cara pendekatan Sheldon untuk mengukur aspek jasmaniah individu, dan selanjutnya dikaji usahanya untuk menentukan komponen terpenting yang menjadi dasar tingkah laku manusia.
1.      Dimensi-dimensi Jasmaniah
Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain yang terdahulu yang melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai usahanya secara induktif. Soal pertama-tama ialah mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat foto-foto tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara yang distandardisasikan. Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test).
Pada usaha pertama Sheldon mengumpulkan foto-foto mahasiswa-mahasiswa laki-laki sebanyak 4.000. Foto-foto ini lalu diperiksa dengan teliti oleh sejumlah penilai yang bermaksud untuk mendapatkan variabel-variabel pokok yang merupakan dasar daripada variasi jasmani. Apabila suatu sifat dianggap merupakan komponen pokok (primer), maka lalu dinilai dengan kriteria berikut ini:
(1)   Mungkinkah menentukan kedudukan keempat orang coba (subjek) itu dengan sifat-sifat tersebut?
(2)   Dapatkah penilaian-penilaian itu (yang bekerja secara independent satu sama lain) mencapai persesuaian dalam menentukan kedudukan jasmani atas dasar sifat-sifat tersebut?
(3)   Mungkinkah mempertimbangkan/memperhitungkan variabel itu dalam kombinasi dengan variabel-variabel lain yang telah ditentukan lebih dahulu?
a.    Komponen-komponen Jasmaniah Primer
Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti daripada teknik pengukuran struktur tubuh. Komponen-komponen itu adalah:
1)      Endomorphy
2)      Mesomorphy, dan
3)      Ectomorphy
Penggunaan ketiga istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya foetus manusia (endoderm, mesoderm dan ectoderm). Dominasi daripada komponen tertentu. Dengan demikian maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia, yaitu:
1)      Tipe Endomorph (komponen endomorphy dominant)
Individu yang komponen endomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh: alat-alat dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm) memegang peranan terpenting. Nampaknya keluar:lembut,gemuk,berat badan relatif rendah.
2)      Tipe Mesomorph (komponen mesomorphy dominant)
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorphynya tinggi sedangkan kedua komponen lainnya rendah, maka bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari mesoderm relatif berkembang lebih baik daripada yang lain:otot-otot, pembuluh darah, jantung dominant. Nampaknya dari luar kokoh, keras, otot kelihatan bersegi-segi, tahan sakit. (Banyak di antara olahragawan, pengelana, tentara, termasuk tipe ini).
3)      Tipe Ectomorph (komponen ectomorphy dominant)
Pada golongan ini organ-organ yang berasal dari ectoderm yang terutama berkembang (kulit, sistem syaraf memainkan peran terpenting). Nampaknya orang yang ectomorph itu: jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot-otot hampir tidak nampak berkembang.
Keempat ribu orang coba itu diukur dengan teliti dan diberi tempat kedudukan (urutan, rank) atas dasar ketiga komponen pokok itu. S.S Stevens, teman sekerja Sheldon menemukan mesin yang sangat membantu pengerjaan data yang telah didapatkan itu.
Somatotipe individu itu menggambarkan keadaan tubuhnya dengan angka tiga deret. Angka yang pertama menggambarkan komponen endomorphy, angka kedua menunjukkan komponen mesomorphy, dan angka yang ketiga menunjukkan komponen ectomorphy. Angka-angka tersebut bergerak dari 1 sampai dengan 7, angka 1 menunjukkan komponen minimal, sedangkan angka 7 menunjukkan komponen maksimal. Jadi individu yang di nilai 711 berarti mempunyai komponen endomorphy amat sangat tinggi dan komponen-komponennya mesomorphy serta ectomorphy amat sangat rendah.
Seperti telah dikatakan, somatotipe ini adalah alat untuk mengira-irakan komponen biologis dari tingkah laku dasar dan tak berubah (morphogenotipe) dengan jalan mengukur keadaan tubuh yang nampak keluar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai: kepala, leher, dada, lengan, panggul, perut, kaki. Jadi somatotipe itu merupakan kompromis antara morphogenotipe dan phenotipe.
Sheldon mengatakan bahwa apabila orang mau benar-benar memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya tentang morphogenotipe secara ideal, dia tidak cukup hanya menyelidiki individu itu sepanjang sejarah hidupnya, melainkan juga nenek moyang dan keturunannya. Selanjutnya foto individu itu harus dibuat berturut-turut secara periodik. Tentu saja apa yang pernah dicapai bukanlah somatotipe yang ideal itu.
Kecuali ketiga tipe yang telah dikatakan di muka itu, maka ada enam tipe campuran. Di antara tiap dua tipe pokok ada dua tipe campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut yaitu (lihat Gambar 1):
I.       endomorph yang mesomorphis,
II.    endomorph yang ectomorphis,
III.  mesomorph yang endomorphis,
IV. mesomorph yang ectomorphis,
V.    ectomorph yang endomorphis,
VI. ectomorph yang mesomorphis.
  
b.    Komponen-komponen Jasmani Sekunder
Disamping komponen-komponen jasmani primer itu Sheldon mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder yaitu:
1)      Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretschmer, istilah itu dipakai oleh Sheldon untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah daripada tubuh. Dalam penyelidikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan, bahwa banyak displasia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada wanita daripada laki-laki; penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan, bahwa lebih banyak displasia pada para penderita psikosis dari pada mahasiswa.
2)      Gynandromorphy
Gynandromorphy adalah komponen jasmani sekunder yang kedua. Komponen ini menunjukkan sejauh manakah jasmani memiliki sifat-sifat yang biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini dinyatakan oleh Sheldon dengan huruf “g”. Jadi individu laki-laki yang mempunyai komponen “g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut,panggul besar, dan sifat-sifat wanita yang lain. Secara teori sifat-sifat ini dapat dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. Angka 1 menunjukkan tidak adanya sifat-sifat dari jenis kelamin lawannya, sedangkan angka 7 menunjukkan kebancian (hermaphroditismus).
3)      Texture (tampang)
Komponen jasmani sekunder yang ketiga,dan barangkali yang terpenting,ialah tampang (texture) yang oleh Sheldon ditandai dengan huruf “t” (dari texture). Adapun yang dimaksud dengan tampang (texture) oleh Sheldon ialah bagaimana individu itu nampaknya keluar.
2.      Konstansi Somatotipe
Suatu hal yang para ahli psikologi konstitusional berbeda-beda pendapatnya ialah sejauh manakah klasifikasi dan pencandraan yang didasarkan atas ukuran-ukuran objektif dari pada tubuh itu diharapkan tetap. Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa orang pada umumnya untuk mengakui sifat berubah-ubahnya somatotipe itu. Namun, Sheldon yakin, bahwa tidak ada perubahan makanan yang dapat merubah ukuran-ukuran orang dari somatotipe yang satu ke somatotipe yang lain. Memang mungkin faktor-faktor makanan menimbulkan perubahan pada ukuran-ukuran individu, akan tetapi itu tidak akan mengubah somatotipe yang sebenarnya.
Hipotesis tentang konstansi somatotipe ini dibuktikan oleh adanya kemiripan dalam distribusi bermacam-macam tipe itu pada umur yang berbeda-beda. Misalnya Sheldon (1940) mengemukakan hasil penyelidikannya bahwa orang-orang yang berumur 40 tahun menunjukkan variasi berbagai somatotipe yang kira-kira sama dengan mahasiswa-mahasiswa (masih muda). Apabila umur membawa perubahan pokok dalam somatotipe, semestinya umur yang berbedaan itu akan menunjukkan variasi somatotipe yang tidak sama.
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudian Sheldon mengubah pendiriannya itu; konstansi somatotipe itu membutuhkan adanya konstansi dalam makanan dan tak adanya hal-hal yang patologis.
b.   Analisis Tingkah laku (Kepribadian)
Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah dari pada manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar-benar menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau kepribadian. Dalam hal ini Sheldon bermula dari pangkal duga bahwa walaupun nampaknya ada banyak dimensi atau variabel dalam tingkah laku,tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku yang nampak kompleks itu. Sheldon menyusun suatu cara untuk mengukur komponen-komponen dasar itu atas dasar pendapat-pendapat yang telah ada dan disempurnakan dengan pengetahuan klinisnya serta pengalaman-pengalamannya.
1.      Dimensi-dimensi Temperamen
a.       Cara kerja Sheldon
1.   Sheldon mengumpulkan sifat-sfiat yang telah terdapat di dalam kepustakaan mengenai kepribadian. Dan dari penelitiannya ini dia mendapatkan sejumlah 650 macam sifat. Jumlah ini ditambah dengan penemuan Sheldon sendiri. Kemudian semua sifat itu di reduksikan dengan jalan menyatukan sifat-sifat yang mempunyai overlapping dan menghilangkan yang tidak significant. Akhirnya Sheldon dengan pembantu-pembantunya mendapatkan 50 sifat yang merupakan representasi daripada semua sifat-sifat tersebut.
2.   Kemudian dicari kelompok sifat (cluster of traits) dengan pedoman: untuk masuk dalam satu kelompok harus punya angka korelasi serendah-rendahnya 0,60 dan untuk masuk dalam kelompok yang berbeda harus punya angka korelasi setinggi-tingginya – 0,30. Dengan cara tersebut maka didapatkan tiga kelompok komponen primer temperamen.
b.      Komponen-komponen Primer Daripada Temperamen
Ketiga kelompok sifat-sifat temperamen itu meliputi 22 dari 50 sifat yang telah dikemukakan diatas. Ketiga komponen itu mula-mula dinamakan faktor I.II.III., kemudian dinamakan komponen-komponen I.II.III., dan pada akhirnya dinamakan viscerotania, somatotania, dan cerebrotania.
1.      Komponen primer temperamen yang pertama dinamakannya viscorotonia, karena kelompok sifat-sifat yang di cakupnya berhubungan dengan fungsi dan anatomi alat-alat visceral/digestif. Orang yang viscerotonis itu mempunyai alat pencernaan yang relatif besar dan panjang, dengan hati besar.
Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:
(a)    Sikapnya tidak tegang (relaxed)
(b)   Suka hiburan
(c)    Gemar makan-makan
(d)   Besar kebutuhannya akan resonansi dari orang lain,
(e)    Tidurnya nyenyak
(f)    Bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain.
2.      Komponen primer kedua dinamakan somatonia, karena sifat-sifat (kelompok sifat-sifat) yang dicakupnya berhubungan dengan dominasi dan anatomi struktur somatis. Orang yang somatotonis aktivitas otot-otot sekehendaknya dominan. Orang yang termasuk golongan ini gemar akan ekspresi muskuller, suka mengerjakan sesuatu yang menggunakan otot, suka mendapat pengalaman fisik. Sifat-sifat temperamen komponen ini ialah:
(a)    Sikapnya gagah
(b)   Perkasa (energetic)
(c)    Kebutuhan bergerak besar
(d)   Suka berterus terang
(e)    Suara lantang
(f)    Nampaknya lebih dewasa dari sebenarnya
(g)   Bila menghadapi kesukaran butuh melakukan gerakan-gerakan.
3.      Komponen Primer ketiga dinamakan cerebotania. Sebenarnya Sheldon belum pasti benar tentang penamaan ini. Dinamakan demikian karena dikirakan bahwa aktivitas pokok adalah perhatian dengan sadar, serta inhibisi terhadap gerakan-gerakan jasmaniah.
(a)    Sikapnya kurang gagah ragu-ragu
(b)   Reaksinya cepat
(c)    Kurang berani bergaul dengan orang banyak (sociophobia),
(d)   Kurang berani berbicara di depan orang banyak
(e)    Kebiasaan-kebiasaannya tetap,hidup teratur
(f)    Suara kurang bebas
(g)   Tidur kurang nyenyak (sukar)
(h)   Nampak lebih muda dari yang sebenarnya
(i)     Bila menghadapi kesukaran butuh mengasingkan diri.
Ketiga komponen itu dengan sifat-sifat yang dicakupnya merupakan Scale of Temperamen, yang juga mempunyai skala 1 sampai dengan 7. Dengan uraian yang telah dikemukakan itu nyata, bahwa kalau dipandang dari segi tipologi Sheldon membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen,yaitu:
1)   Viscerotonia
2)   Somatotonia dan
3)   Cerebrotonia
c.    Hubungan antara Jasmani dan Tingkah Laku (Temperamen)
Bagaimanakah hubungan antara komponen jasmani dan komponen temperamen tersebut? Hasil penyelidikan Sheldon selama lima tahun mengenai 200 mahasiswa laki-laki dikemukakannya dalam “The varieties of temperament” menunjukkan hal sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel. Korelasi antara Komponen Jasmani dan Temperamen
(N = 200)

Viscerotonia
Somatotonia
Cerebrotonia
Endomorphy
+ 0,79
- 0,29
- 0,32
Mesomorphy

+ 0,82
- 0,58
Ectomorphy


+ 0,83

d.   Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-gangguan Kejiwaan
Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang yang normal saja, tetapi meluas juga kepada masalah-masalah ketidaknormalan.
Hasil penyelidikannya mengenai ini (bersama-sama dengan With Katz) diterbitkan pada tahun 1948. Juga dalam penyelidikannya mengenai gangguan kejiwaan-kejiwaan ini Sheldon mengemukakan dimensi-dimensi. Sebagai hasil penyelidikannya terhadap penderita penyakit kejiwaan selama beberapa tahun Sheldon mengemukakan konsepsi tentang gangguan kejiwaan yang terdiri dari tiga dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besarnya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa di gunakan dalam diagnosis psikiatris.
Adapun komponen-komponen psikiatris itu ialah:
1)        Affetive, yang bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis-depretif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
2)        Paranoid yang bentuk ekstremnya terdapat pada para penderita psikosis jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari kenyataan:merasa diancam,merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).
3)        Heboid, yang bentuk esktremnya yang terdapat pada para penderita hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (a sosial, anti sosial).
Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya dalam lapangan ini masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapan yang baik di masa depan. Hasil yang diumumkan pada tahun 1948 dan 1949 adalah seperti tersebut pada tabel berikut
Tabel Korelasi antara Somatotipe dan Komponen Psikiatris
(N = 155)

Komponen psikiatris I
(Affective)
Komponen psikiatris II
(Paranoid)
Komponen psikiatris III
(Heboid)
Endomorphy
+ 0,54
- 0,04
- 0,25
Mesomorphy
+ 0,41
+ 0,57
- 0,68
Ectomorphy
- 0,59
- 0,34
+ 0,64

Secara skematis saling hubungan tersebut dapat di gambarkan sebagaimana terlihat pada gambar yang berikut (lihat gambar 3).
Korelasi antara komponen-komponen psikiatris I, II, III, dengan komponen-komponen somatotipe semua positif, walaupun tidak terlalu tinggi. Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada hubungan, walaupun hubungan itu tidak sesederhana yang terdapat pada komponen-komponen somatotipe dan komponen-komponen temperament.
e.    Hubungan antara Jasmani dan Kenakalan (Delinquency)
Dalam lapangan ini Sheldon melakukan penyelidikan selama delapan tahun. Yang diselidiki 400 pemuda (1939 sampai 1942) kemudian untuk penyelidikan lanjutan (follow up study) diselidiki 200 orang di antara mereka. Mereka itu diselidiki mengenai:
-        Somatotipenya
-        Komponen-komponen temperamennya
-        Komponen-komponen psikiatrisnya
-        Sejarah hidup,yang meliputi:
-        Keadaan kecerdasan dan pendidikannya
-        Latar belakang keluarganya
-        Riwayat pengobatan yang dialaminya
-        Kenakalan-kenakalannya
-        Tingkah laku-tingkah lakunya yang khas.
Dari penyelidikan-penyelidikan itu ternyata, bahwa pemuda-pemuda nakal (delinqunt youths) itu sebagian besar termasuk pada golongan mesomorph yang endomorphis. Kalau di gambarkan secara skematis adalah sebagaimana terlihat pada gambar berikut (lihat Gambar 4). Pemuda-pemuda nakal itu menurut somatotipenya terutama terdapat pada daerah di atas garis AB.
3.    Beberapa Perumusan Teoretis
Perlu sekali diingat, bahwa Sheldon bekerja secara induktif dan tidak begitu mementingkan perumusan-perumusan teoretis dan sistematis. Dalam pada itu dengan jelas dia mengemukakan,bahwa walaupun dia tidak mempersoalkan faktor lingkungan, itu tidak berarti dia menganggap bahwa lingkungan tidak penting.
Dia hanya ingin mengemukakan, bahwa faktor-faktor konstitusional yang biasanya diabaikan dalam psikologi di Amerika Serikat itu juga penting. Dalam hubungan dengan hal-hal di atas itu ada beberapa hal teoritis yang perlu dikemukakan di sini:
1.      Faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara jasmani dan temperamen
Di sini diterima adanya hubungan antara komponen-komponen jasmani dan komponen-komponen tingkah laku (temperament). Hubungan ini dapat diterangkan dalam berbagai cara:
a.       Individu yang memiliki tipe jasmani tertentu kiranya mendapatkan cara-cara bertingkah laku tertentu yang efektif, sedangkan individu yang bertipe jasmani lain akan harus menggunakan cara-cara bertingkah laku yang lain supaya dapat efektif. Konsepsi ini menunjukkan bahwa sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku itu tidak hanya fungsi lingkungan tempat berlangsungnya tingkah laku itu saja, melainkan juga fungsi orang (tipe jasmani tertentu) yang bertingkah laku itu.
Misal:
Orang yang ectomorphis tentu kurang berhasil bertindak kasar, agresif, sedangkan orang yang mesomorphis akan lebih berhasil bertingkah laku demikian itu.
b.      Kemungkinan lain ialah, bahwa hubungan antara jasmani dan temperamen diantarai oleh anggapan yang stereotipis yang ada dalam kebudayaan mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Jadi individu yang memiliki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan sosial tertentu yang pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku sesuai dengan peranan sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan berakibat, bahwa orang-orang yang tipe jasmaninya berbeda akan bertingkah laku secara berbeda. Dan ini ditiru oleh lain-lain orang yang punya tipe jasmani serupa.
c.       Kemungkinan yang lain: Pengalaman atau pengaruh lingkungan cenderung untuk menimbulkan tipe tubuh tertentu; ini selanjutnya akan menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu.
Misal:
Orang yang aktif berlatih atletik akan mempunyai bentuk tubuh tertentu,dan ini cenderung untuk punya sikap dan tingkah laku yang khas.
d.      Kemungkinan keempat ialah: Hubungan antara bentuk jasmani dan tingkah laku (temperament) itu karena bekerja-samanya faktor-faktor genetis. Baik jasmani maupun kecenderungan-kecenderungan tingkah laku pada pokoknya ditentukan oleh faktor-faktor keturunan,dan faktor-faktor keturunan itu satu sama lain demikian erat hubungannya sehingga sifat-sifat jasmani tertentu berhubungan dengan erat dengan sifat-sifat tingkah laku tertentu. Misalnya Jenis kelamin berhubungan erat dengan sifat-sifat tingkah laku tertentu. Agaknya bagi Sheldon yang penting adalah kedua kemungkinan yang pertama, yaitu: pengalaman selektif dan determinasi kultural,walaupun dia mengakui pentingnya determinasi genetis.
2.      Orientasi biologistis dan genetis
Banyak ahli-ahli teori kepribadian meletakkan titik berat pendapatnya pada segi-segi psikologis tingkah laku manusia (Murray, Murphy, Freud, Adler, dan Sebagainya), namun tidak banyak yang metodenya menunjukkan keselarasan dengan pangkal duga ini. Dalam banyak hal pendapat Sheldon dapat dianggap mementingkan faktor-faktor biologis sebagai dasar tingkah laku manusia, dan ini nampak juga dari usahanya untuk melakukan pengukuran-pengukuran faktor-faktor biologis itu. Seperti telah dikemukakan dari pembedaannya antara somatotipe dan morphogenotipe, pengukuran jasmani itu hanya merupakan alat untuk mengira-ngirakan faktor-faktor biologis yang menjadi dasar tingkah laku manusia.
3.      Tekanan terhadap faktor organisasi dan medan
Walaupun Sheldon berhasil memisahkan dan mengukur dimensi-dimensi untuk mencandra jasmani dan temperamen,namun dia tidak yakin, bahwa penyelidikan dimensi itu satu-persatu akan membawa hasil yang baik. Menurut Sheldon pola hubungan antara berbagai variabel itu lebih penting dari pada masing-masing komponen. Dia selalu insyaf akan ciri khas yang hakiki daripada tingkah laku dan sifat-sifat jasmani individu.
4.      Perkembangan individu
Sheldon sedikit sekali mempersoalkan perkembangan individu. Ia mengatakan bahwa kejadian-kejadian tertentu pada masa kanak-kanak mungkin berpengaruh terhadap penyesuaian diri pada masa dewasa, tetapi dia tidak menganggap bahwa kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak yang demikian itu memainkan peranan sebagai sebab. Ia menyarankan, kiranya predisposisi biologis yang menyebabkan pengalaman tertentu pada masa kanak-kanak itu dan kiranya predisposisi yang sama pula yang kiranya menjadi dasar tingkah laku tertentu pada masa dewasa. Hubungan antara kejadian-kejadian pada masa kanak-kanak dan tingkah laku pada masa sebelumnya itu merupakan refleksi daripada faktor-faktor biologis yang bekerja secara tetap dalam jangka waktu yang sama.
Mengenai faktor mana yang berpengaruh dalam perkembangan itu dapat dikemukakan hal yang berikut: ia tidak beranggapan perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh dasar-dasar biologis yang diwarisi seperti ternyata dalam morphogenotipe, tetapi dia beranggapan, bahwa individu itu diperlengkapi dengan potensi-potensi bagi pertumbuhannya. Tetapi pengalaman tertentu yang di jumpai oleh individu akan memainkan peranan yang menentukan apakah dia akan benar-benar mnginsyafi potensi-potensi yang dimilikinya itu.
5.      Proses tak sadar
Pentingnya faktor-faktor tingkah laku yang tak disadari diakui oleh Sheldon; tetapi dia menganggap bahwa faktor tak sadar ini sama dengan faktor-faktor biologis yang pokok/dasar. Kiranya, kalau individu itu lebih mengenal struktur tubuhnya serta fungsi-fungsi biologisnya, dia akan lebih memahami kekuatan-kekuatan yang menggerakkan tingkah lakunya. Sheldon (1946) menyatakan,bahwa ketidaksadaran adalah tubuh dan sebab mengapa begitu sukar orang menyatakan (merumuskan) ketidaksadarannya atau hal-hal yang terjadi dalam tubuhnya karena bahasa tidak disusun secara sistematis untuk mengatakan apa yang sedang terjadi dalam tubuh. Jadi dengan membuat somatotipe itu dia ingin mencapai apa yang diinginkan oleh ahli-ahli psikoanalisis dengan jalan lebih langsung.

KESIMPULAN
W.H. Sheldon adalah tokoh psikologi kepribadian asal Amerika Serikat yang menitik beratkan penelitiannya pada “kondisi fisik tubuh” serta pengaruhnya pada psikologi seseorang, sering dikenal sebagai pendukung utama psikologi konstitusi pada zamannya. Ia adalah seorang psikolog, dokter, dan ahli ilmu alam yang percaya bahwa struktur fisik menentukan perilaku seseorang. Teori Sheldon sering digolongkan sebagai teori tipologi.
Dari uraian makalah di atas tentang teori William H. Sheldon dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.      Sheldon mejelaskan bahwa dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani primer adalah endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Sedangkan komponen jasmani sekunder adalah displasia, gynandromorphy, dan texture (tampang).
2.      Dipandang dari segi tipologi Sheldon, Sheldon juga membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan cerebrotonia.
3.      Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari 3 dimensi primer. Ketiga dimensi itu pada pokoknya (pada garis besanya) berhubungan dengan kategori-kategori yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris.komponen-komponen psikiatris itu ialah; affetive, paranoid, dan heboid.


Sumber:
Kartono, Kartini.2005. Teori Kepribadian. Bandung: Mandar Maju.
Sujanto, Agus dkk. 1997 .Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Sujanto, Agus dkk. 2009 .Psikologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryabrata, Sumadi. 2008 . Psikologi Kepribadian . Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Search

 

Blog Dewi Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger